PHOTO CELEBRITY 2011
PHOTO CELEBRITY 2012

Tuesday, December 27, 2011

Sebuah Kisah Pegawai Negri Sipil (PNS)

Sebuah Kisah Pegawai Negri Sipil (PNS)


Ini ada curhatan dari temen gw via email, silakan lo baca sendiri :
Beberapa waktu lalu gua sempet ngobrol sama salah seorang pakar pemilu, dia PNS. Lama² gua ngobrol.. lalu gua nyeletuk, "Pak Resikonya jadi PNS tuh apa sih?" Berpanjang lebar beliau jelasin, ya intinya PNS gak terlalu sibuk kayak pegawai swasta, bank, perusahaan asing dll.. karena apa? karena mereka² yang jadi PNS hanya ngejalanin regulasi. So sepinter apapun lu, pas lu jadi PNS lu kurang bisa berkarya sebab misalnya salah satu instansi membutuhkan software buat kepegawaian, ada sebuah aturan bahwa penyedia software itu harus dari luar (vendor) atau pihak ke-3, para PNSers hanya menjalankan tugas²nya ketika software sudah jadi. Dan itulah peraturan yang bener² saklak, so klopun lu jadi PNS dan lu buat tuh software sebagus apapun, gk bakal laku dipake sama instansi yang ngebutuhin software tadi. That's why PNS terkesan males n gak produktif.. padahal emang hukumnya sendiri yang aneh. wong pegawai sendiri aja bisa ngebuat ini masih juga butuh vendor (gk efisien!!)

Lanjut ke hal lain.. pernah denger di koran² masalah tender² pengadaan barang untuk instansi pemerintah? sekolah? dulu gua pernah sekali terlibat ke dalem hal pengadaan itu sebagai pihak penyedia barang. Prosesnya tuh,
  1. Si yang berwenang (prang atau instansi pemerintah yang ditunjuk secara resmi) mengumumkan adanya sebuah tender.
  2. Nah para badan usaha bisa PT bisa CV pada ngajuin proposal ke instansi tersebut lewat orang yang ditunjuk tadi.
  3. Setelah di teliti maka badan usaha yang dinilai mampu memenuhi kriteria bakal ditunjuk jadi penyedia barang.
Bilanglah dalam sebuah kasus instansi tersebut memiliki proyekan pengadaan komputer untuk 20 unit komputer PC nah masing² harganya dibanrol 7 Jt.. spek lumayan.. berarti nilai proyekan itu adalah 140 Jt.. look.. siapa yang gak tergiur buat ngadain 20 unit kompter PC dengan harga 140 Jt. Lalu apa yang terjadi? ketika PT/CV yang mau ngajuin proposal tadi hendak dilolosin sebagai badan usaha yang ngehandle projekan tadi ketemu sama yang punya proyek, bakal terjadi antara 2 hal ini sama dia.

  1. Dia ditanya "Pak kalo PT/CV bapak mau dilolosin jadi yang ngehandle proyek ini, berapa bapak bisa bayar saya". atau,
  2. "Pak komputernya cari dengan harga 3,6 Jt karena budgetnya dari atas gak kayak yang tertera di surat MoU".

Lalu sisa 3,4 jtnya kemana? hehehe.. it's rhetoric.. hal yang lu² pada udah tau jawabannya.. yaitu masuk ke kantong para pejabat²2 di instansi tersebut dengan alasan biaya pencairan dana yang membutuhkan tanda tangan atasan² di instansi tersebut. Lalu muncul pertanyaan, "Kenapa sih harus pake pihak vendor segala? padahal disana banyak juga pegawai²nya yang bisa beli komputer n bisa nyari komputer dengan harga yang jauh rendah?"

Nah disitu deh the Art Of Corruption-nya mulai jalan. Bisa² kalo ada seorang pegawai yang menurut nurani dia "Gila.. ngabisin duit rakyat aja nih proyekan 1 unit komputer 7 juta padahal komputernya cuman buat excel n ms word, klo gitu mending gua yang cari deh ke mangga 2, 1 unit gua bisa dapetin 3 Jt aja kok" akhirnya dibelilah komputer tersebut oleh pegawai baik ini. Hingga suatu hari.. usut punya usut.. dia disidang!! loh !! kan dia dah nyelamatin uang rakyat.. sebanyak (7-3) x 20 = 80 juta rupiah..!! dan dia dinyatakan bersalah, hingga akhirnya dia dibui.

Apakah logis orang yang tadinya mau nyelametin uang rakyat, gara² sistem tolol justru dipenjara, sedang orang yang makan duit rakyat, ngebagi²innya ke atasan²nya dianggap oleh hukum sebagai orang yang taat peraturan dan hukum. Makanya kita gak bisa ngejudge lagi orang yang masuk penjara lantas dia orang yang jahat, dan orang yang diluar penjara adalah orang yang baik. karena pada faktanya mungkin terjadi sebaliknya.

Kesimpulannya adalah sebenernya kita butuh sebuah peraturan² yang gak banyak bug (celah)-nya yang gak memungkinkan orang untuk ngehack hukum² tadi, sebuah hukum yang logis, transparan, bisa di percaya, dan berlaku untuk semua. Yang ada malah para pakar hukum cuman tampil di lawyers club n speak² doang disana, sedangkan realisasinya NOTHING!! para penegak hukum yang ngebela orang² yang bersalah, para penyusun undang² yang memasukkan nilai² penipuan, kata² ambigu, celah, dan kebohongan di undang² yang mereka buat. sama manusia² yang kurang moralnya, greedy, makan harta rakyat kecil dengan mengatasnamakan kepentingan negara.

Buat gua, kita butuh revolusi, revolusi yang damai. revolusi pendidikan, pemikiran, ekonomi, hukum, dan segala bidang yang udah ada saat ini. oleh siapa? tentunya oleh lu.. gua.. kita² yang punya semangat ngubah semuanya jadi lebih baik. [klikunic.com]

No comments:

Post a Comment